Jumat, 19 September 2008

Renunganku… Tentang Aktivitasku

Bissmillah…
Kubuka laptop ku… Setelah laptopku me-load windows OS, dan wallpaper laptopku yang berupa gambar fotoku muncul, aku bingung. Apa yah yang harus aku kerjakan? Pekerjaan kantorku kah? Penulisan buku kah? Laporan penelitianku kah? Laporan proyekku kah? Atau main game kah? Kepalaku terasa penuh dan berdesakkan (seperti para calon penumpang di statsiun Gambir yang antri tiket KA untuk mudik), entah apa yang musti aku kerjakan terlebih dahulu… sampai aku termenung sesaat… kututup kembali laptopku…

Lantas pikiranku melayang jauh ke angkasa, dimana di dalam angkasa anganku itu aku teringat akan sebuah hadis Rasulullah, dari Aisyah RA, sebuah hadis riwayat Muslim: Ada orang bertanya kepada Rasulullah “Amal manakah yang paling dicintai ALLAH?”. Kemudian Beliau bersabda ”Yang dikerjakan secara tetap, walaupun hanya sedikit”. Kemudian Beliau menambahkan “Lakukanlah amal perbuatan mana yang sanggup kamu lakukan”.

Aku terhenyak dengan lamunanku sendiri. Aku terkagetkan dengan film VCD angan pikiranku sendiri. Dimana, sebenarnya, keruwetan yang sering aku alami adalah alamiah. Penatnya pikiran yang sering aku rasakan sebenarnya sebuah anugrah ALLAH yang patut dan wajib aku syukuri. Prioritas pekerjaan yang saling bertumpuk tadi, sebenarnya, sadar atau tidak sadar, itu berarti aku masih punya pekerjaan, masih punya kegiatan dan masih hidup di saat ini. Ya ALLAH… Ampuni aku atas keluhan yang tak bernilai ini, bukan syukur yang aku ucap, namun keluh yang selalu aku katakan… Tidak ada beban yang ENGKAU berikan yang melebihi kekuatanku ini.. Aku pasti sanggup! ENGKAU tidak pernah menuntut banyak, tetapi ENGKAU mencintai pekerjaan baik, amalan baik, dan tindakan baik yang sedikit sesuai kemampuan, namun dikerjakan secara kontinyu… Tentunya dengan niat karena MU ya ALLAH...

Tidak ada sebuah pekerjaan besar, tanpa langkah kecil yang konsisten. Tidak ada hasil maksimal, tanpa ketekunan optimal yang dilakukan. Tidak akan ada kejayaan Indonesia, kalau memang masing-masing individu rakyat Indonesia tidak mau dan tidak jaya. Maka tidak pernah akan rampung laporan proyekku, pekerjaanku, disertasiku, bukuku, penelitianku, jika aku memang tidak pernah memulai dari halaman pertama, halaman kedua dan seterusnya… Bissmillah… aku buka lagi laptopku, dan memulai sebuah pekerjaan dengan prioritas yang sudah pernah aku susun. INSYA ALLAH berhasil…
Alhamdulillah…

Buah Keyboardku


Ditdit N. Utama

Minggu, 07 September 2008

Renunganku... Tentang Shalat

Bissmillah….
Kuhamparkan sajadah, kutundukkan pandanganku, kuhadapkan niat kepada ALLAH, kutakbirkan kebesaran ALLAH, kusujudkan kepala ini… 17 rakaat Insya ALLAH aku lakukan itu, lima kali dalam satu hari satu malam Insya ALLAH aku kerjakan itu… Ribuah orang, jutaan orang, bahkan milyaran orang melakukan itu, ALLAH tetap Maha Agung, ALLAH tetap Maha Besar, sampai tidak ada satu orang pun yang melakukan shalat, ALLAH tetap Maha Perkasa, Maha Kuasa…

Aku pikir, aku melakukan shalat karena shalat merupakan sebuah kewajiban, kerjakan itu dan selesai… aku sudah mengerjakan sebuah kewajiban, kewajiban yang menjadi hisab utama di akhirat nanti, hisab yang akan membuat baik atau buruk seluruh amalanku di depan Pengadilan Maha Dahsyat miliki ILLAHI RABBI… “Awal hisab seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya baik, dan apabila buruk maka seluruh amalnya buruk” (HR At-Thabrani).

Aku yakin, bukan cuma aku yang melakukan itu. Ada 90% penduduk negeri ini melakukan itu, ada kurang lebih 180 juta orang kaum muslim negeri Indonesia ini khusyuk dengan shalatnya, namun, apa manifestasi dan imbas positif yang menetes pada lingkungan sekitar dan negara tercinta ini? Apakah korupsi sudah tidak membekas lagi? Aku pikir malah semakin menggila. Apakah penggunaan narkoba di kalangan anak muda dan remaja sudah hilang? Aku pikir ini pun semakin menggila. Atau apakah kejahatan, pencurian, pembunuhan dan aborsi sudah tidak ada lagi di negeri ini? Aku yakin, itu pun semakin menggila. Lalu, kemanakah efek menetes dari shalat yang kita lakukan? Bukankah shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar? “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat ALLAH (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan ALLAH mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. 29/Al-Ankabuut: 45).

Dirikanlah shalat! Itu Jawabannya. Shalat bukan sebuah aktifitas rutin saja. Shalat bukan sebuah ibadah ritual yang diawali takbir dan diakhiri salam semata. Shalat pun bukan hanya sekedar gugur kewajiban saja. Namun shalat harus tetap berdiri sepanjang hayat kita, sepanjang waktu bergulir, sepanjang otak dan kesadaran ini masih melekat di kepala kita. Dirikanlah shalat untuk mengingatKU! (QS. Thaaha; 14). Mengingat akan semua anugrah yang telah diberikan, mengingat akan segala dosa yang telah aku perbuat, mengingat atas segala usaha yang sudah aku jalankan, mengingat asal usul rezeki yang aku makan, mengingat esok hari, berapa shodaqoh yang harus aku berikan, mengingat bagaimana cara aku membahagiakan orang lebih banyak, mengingat bagaimana aku harus menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtuaku, Mengingat… Mengingat…

Apakah cukup menggapai surga hanya dengan shalat? Apakah cukup shalat hanya untuk mendapatkan pahalanya ALLAH? Apakah aku masih tetap akan shalat, jika memang surga atau neraka itu tidak pernah ada? Apakah aku akan tetap shalat, jika pahala shalat tidak pernah ada? Seribu kali sehari kepala ini bersujud pun, tidak akan pernah cukup jika dibandingkan dengan nikmat yang telah ALLAH berikan kepadaku. Jika kaki ini pun telah tidak kuat lagi berdiri karena terlalu seringnya aku shalat, aku pikir tidak sepadan dengan apa yang telah ALLAH berikan kepadaku. Tidak, tidak…. bukan karena shalatku aku terhindar dari neraka, bukan karena shalatku aku masuk ke dalam surganya ALLAH, tetapi karena rahmatNYA-lah, tetapi karena RidhoNYA-lah. Walau, memang tidak akan pernah ada rahmat dan ridho dari ALLAH, tanpa aku mendirikan shalat. Ya ALLAH ampuni aku, ampuni aku…

Aku mulai sadar sekarang, hatiku dan pikiranku mulai terbuka lebar, bahwa shalat bukan lagi berdebatan mendasar. Shalat seharusnya sudah merupakan pembeda antara kita dengan non-muslim. Shalat sudah harus menjadi patri yang kokoh di setiap tindakan dan laku kita. Yang harus menjadi pertanyaan lebih lanjut, bahwa apakah kita sudah mendirikan shalat? Aku pikir, Orang muslim yang shalat dan beretos kerja yang baik, apa pun profesinya, siapa pun dia, itulah orang muslim yang mendirikan shalat. Orang muslim yang shalat dan tepat waktu serta selalu menepati janji, itulah orang muslim yang mendirikan shalat. Orang muslim yang shalat dan memiliki target hari ini lebih baik dari hari kemarin, bersodaqoh lebih banyak dari hari kemarin, bercita-cita Lillahita’ala untuk memajukan pendidikan dan memberantas kebodohan, itulah orang muslim yang mendirikan shalat.

Orang muslim yang shalat dan selalu tersenyum, mengucap salam, ber-husnudzan (baca: berbaik sangka) dengan sesama suadara, tidak ber-ghibah (membicarakan orang itu, benarnya adalah ghibah, salahnya adalah fitnah… sama-sama dosa besar), itulah orang muslim yang mendirikan shalat. Orang muslim yang shalat dan indah budi pekertinya, tidak korupsi, tidak narkoba (tidak merokok pula… Ingat 100% pecandu narkoba adalah perokok), itulah orang muslim yang mendirikan shalat. Orang muslim yang shalat dan ada tanda shalat di wajahnya (bersih, bersinar, berseri dan menunjukkan semangat juang dan pantang menyerah yang besar, dan selalu optimis, tak pernah berkeluh kesah), itulah orang muslim yang mendirikan shalat. Sehingga shalat akan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dan aku yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa jika setiap orang muslim mendirikan shalat dengan sebenar-benarnya, negara dan dunia ini akan mendapatkan Rahmat dari segala penjuru mata angin dari ALLAH Azaa Wa Jalla. Amin…

Alhamdulillah…

Goresan Penaku



Ditdit N. Utama