Rabu, 28 Januari 2009

Aku Sangat Peduli Masalah ini, ROKOK HARAM!


Bissmillah...
Sesungguhnya ALLAH tidaklah mencabut ilmu begitu saja dari diri para ulama, akan tetapi ALLAH mencabut ilmu dengan matinya para ulama, sehingga jika tidak tersisa seorang ulama-pun, maka masyarakat akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin, jika mereka ditanya mereka menjawab tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan” (HR Bukhari)

Sepulang dari Jogja, aku rebahan, ku klik remote control tv-ku, kubuka channel tv favoritku, yang biasa menyiarkan beberapa berita yang kadang sesuai dengan mind set dan ranah perjuanganku, tentunya untuk update pengetahuanku, dan tentunya pula untuk tetap menggelorakan semangat berjuangku. Kubaca running text pada layar kaca tvku itu, dan... ALLAHUAKBAR 3X, tanpa kuperintahkan mulut ini bertakbir, memuja keagungan ALLAH Azza wa jalla, karena di dalam running text tersebut tertulis, bahwa MUI telah memfatwakan haram rokok (walau pun terbatas, hanya untuk anak, ibu hamil, anggota MUI dan merokok di depan umum). Aku tersenyum, lelahku karena selesai dari sebuah perjalanan panjang sirna sudah. ALLAHUAKBAR...

Besoknya, aku memulai kembali aktivitas kerjaku. Aku kunjungi kampus yang telah menjadi tempat mangkalku setahun ini. Kampus tempat mengimplementasikan nilai-nilai perjuanganku atas sebuah keyakinan beberapa bulan ke belakang ini. Tempat dimana aku harus mendobrak tirani dan legitimasi yang kadang salah kaprah. Di gerbang kampus, seperti biasa, banyak para mahasiswa yang merokok (mungkin karena dosennya pun merokok juga ya... guru kencing berdiri, murid kencing berlari...) Kutegur mereka. Sebuah teguran bukan karena aku benci mereka, aku hanya benci barang yang satu itu, karena dapat menghancurkan generasi akan datang dari bangsa ini. Teguran yang sebetulnya imbas dari rasa sayangku kepada mereka, karena mereka pun saudaraku, seiman dan seakidah.... Namun apa jawaban mereka, “Lah... Pak itukan cuma fatwa... Tidak harus diikuti...”. Sebuah jawaban pinter, namun keblinger. Aku cuma tersenyum sambil berlalu aku bergumam, mungkin mereka pun mendengarnya, “kalau majelis ulama saja tidak kamu ikuti, lalu kamu akan mengikuti siapa?...”. Bukankah ulama adalah pewaris nabi?

MUI memang sebuah majelis independen, yang dapat memberikan fatwa kepada masyarakat atas sebuah kegalauan dan keresahan yang terjadi di masyarakat. Aku tidak mau memperdebatkan kredibilitas MUI, yang aku tahu, MUI adalah sebuah majelis yang terdiri dari orang-orang berilmu mumpuni dari berbagai bidang dengan basis pemikirannya adalah agama. Sebuah wadah yang sangat luar biasa, karena orang-orangnya merupakan orang luar biasa pula di bidang agama. Hanya saja, seharusnya, di negara ini, MUI adalah sebuah majelis formal yang diberikan mandat untuk memecahkan solusi bangsa, sebagai penasehat bangsa (seperti itu). Artinya, setiap tindakan bangsa, setiap peraturan yang dibuat oleh negara ini, haruslah merujuk pada fatwa yang dibuat oleh MUI.

Aku jadi sangat khawatir, sangat luar biasa khawatir, bahwa ada hadis yang berbunyi “Sesungguhnya ALLAH tidaklah mencabut ilmu begitu saja dari diri para ulama, akan tetapi ALLAH mencabut ilmu dengan matinya para ulama, sehingga jika tidak tersisa seorang ulama-pun, maka masyarakat akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin, jika mereka ditanya mereka menjawab tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan ” ( HR Bukhari ). Matinya para ulama bisa saja diartikan secara ekplisit, bahwa mereka telah meninggal dunia, atau secara arti implisit, bahwa para ulama tersebut tidak lagi dihargai keberadaan dan fatwa-fatwanya. Lalu apa yang terjadi setelah itu, ya... Kita tanpa tahu menahu, tanpa ilmu pula, akan memilih pemimpin-pemimpin yang 'bodoh', yang setiap peraturan yang dibuatnya adalah peraturan yang sesat dan menyesatkan... Naudzubillah min dzalik...

Fatwa akan haram rokok ini, permasalahannya bukan pada “dukung mendukung”, banyak-banyakan basis masa. Setiap peraturan dan hukum pasti ada pro dan kontra, itu telah terjadi dari mulai Nabi Adam AS dulu. Yang ada seharusnya, bagaimana kita mensikapi, merubah prilaku, bergaya hidup baru, berpikir lebih maju, untuk mengimplementasikan hukum tersebut. Bukan menolaknya. Kalau dalam bahasa agama, seharusnya umat itu sami'na waatona (kami dengar dan kami turuti). Hukum bukan berdasarkan hak azasi. Hukum bukan ditentukan oleh keputusan suara terbanyak. Hukum adalah hak mutlak ALLAH, kita sebagai manusia adalah hanya berkewajiban untuk melaksanakannya.

Sudah terlalu banyak fakta bahwa rokok itu mudharat. Semua negara, yang mayoritas penduduknya muslim, sudah puluhan tahun lalu majelis ulamanya memfatwakan haram untuk rokok, hanya indonesia satu-satunya negara umat islam terbanyak, yang Majelis Ulamanya belum (sampai keputusan fatwa dibuat) mengharamkan rokok. Lebih dari 70 juta penduduk Indonesia adalah perokok. Ada lebih Rp. 182 Trilyun per tahun yang dibakar atau Rp. 500 Milyar per hari dibakar dan Rp 50 Milyar per hari disumbang oleh penduduk miskin. 100% orang pecandu narkoba adalah perokok. Rokok mengandung 4000 zat kimia yang akan menghancurkan kesehatan generasi bangsa ini. Rokok lebih memiliki efek candu dari pada narkotika. Iklan rokok di televisi, hanya ada di Indonesia dan Nigeria. Kerugian negara untuk menanggulangi penyakit akibat rokok, telah merogoh kocek negara sampai dengan 3X lebih besar daripada penerimaan pajak cukainya. Butuh fakta apa lagi??? Subhanallah...

Setelah itu, yang ada hanyalah penolakkan. Aku berpikir, kadang kita menolak sesuatu, karena memang secara individu atau kelompok kita merasa dirugikan atau terpikirkan akan rugi. Misal, seorang mahasiswa menolak fatwa haram rokok MUI, karena mungkin hobi dia merokok, karena ada sebagian hak dia (apakah ini yang disebut hak??) yang terambil. Bagi aku, kita tidak memiliki harapan besar terhadap orang-orang yang memiliki karakter kerdil seperti itu, jangankan menuntut pengorbanan yang lebih besar untuk Islam dan perjuangan, pengorbanan akan sebuah hobi untuk, sebenarnya, kesehatan dan kehidupan yang lebih baik bagi dirinya pun dia tidak mau.

Atas nama petani tembakau? Masih akan ada sejuta jalan untuk men-solve permasalahan ini yang akan ALLAH tunjukkan, jika memang kita bartaqwa dan berniat karenaNYA. Kita bisa membuat gerakan “Meminum susu” misalnya, sebagai pengganti budaya laknat “merokok”. Setiap petani tembakau, diberikan jatah satu atau dua ekor kambing atau sapi, yang dapat mereka kelola, untuk membudidayakan dan memproduksi susu. Aku yakin, sepuluh atau dua puluh tahun lagi, bangsa ini akan menjadi bangsa yang bermartabat. Memang, gerakan ini haruslan inisiatif bangsa dan negara, bukan kelompok atau individu. Jika ini berkendala, masih ada jutaan jalan yang lain, yang pasti akan diberikan oleh ALLAH...

Akhirnya, aku hanya bisa menghela napas, mengurut dada, namun tetap harus menghancurkan kemungkaran di bumi pertiwi ini. Ya ALLAH, jangan berikan kami pemimpin yang bodoh dan menyesatkan, dimana pun kami tinggal, dimana pun kami berada, dimana pun kami berjuang. Ya ALLAH, kuatkanlah iman, taqwa dan semangat ini, untuk tetap berada di dalam perjuangan pada jalanMU ya Rabb... Ya ALLAH, kabulkanlah do'aku ini... Amin...

Alhamdulillah...

Minggu, 25 Januari 2009

Renunganku... Sebuah Perjuangan Tiada Berhenti

Bissmillah

Sebagai seorang manusia biasa, sering aku merasakan sesak berkepanjangan. Karena sebuah putusan yang sangat menyengat hati, mendidihkan air darah di tubuh ini, mengkeruhkan otak pada alam pikiranku. Ingin aku protes sejadi-jadinya. Namun, kepada siapa aku harus layangkan protes ini? Kepada siapa aku harus mengadukan hal ini?

Kadang aku merasakan kerja kerasku tak dihargai sepeser pun. Usaha dan jerih payahku, kadang hanya mendatangkan penolakkan, karena sebuah arogansi kepemimpinan semata. Aku memang bukan siapa-siapa, bahkan belum memberikan warna sedikit pun pada negeri, alam dan jagat raya ini. Yang aku miliki hanyalah sebuah pegangan dan keyakinan yang kuat terhadap ALLAH azza wa jalla.

Kuulangi untuk kedua dan ketiga kali. Imbas yang kuterima tidaklah jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Sebuah penolakan, sebuah “tiada pengharggaan”. Sekali lagi aku hanya bisa menunduk, aku hanya bisa menahan sekuat tenaga air mata yang kadang sepertinya ingin mengalir deras ke luar dari kelopak mataku.

Menegakkan kebenaran, tidaklah semudah yang aku kira dan aku bayangkan. Menegakkan kebenaran, di dalam sebuah sistem yang “tidak benar”, terlihat seperti seorang bodoh tanpa otak, seperti seorang aneh tanpa akal, seperti seorang gila, yang kadang ditertawakan orang lain, dicemoohkan atau malah dijauhi dan dimusuhi. Bahkan ada sebagian orang yang berujar, untuk apa aku jauh-jauh berpikir, pikirkan saja diriku ini... Aku tidak menanggapinya. Aku hanya terdiam, karena dengan aku mendebatnya, debat kusir karena perbedaan visi, misi dan rujukkan, kadang akan terjadi. Dan itu terlalu banyak energi yang harus aku keluarkan.

Aku telah mencoba untuk menghalau semua jenis perasaan ini, namun sesering itulah aku menghalaunya, sesering itu pula perasaan itu muncul kembali di hati kecilku ini. Hanya orang-orang sevisi dan semisi yang selalu membangkitkanku. Hanya orang-orang yang satu barisan dan satu shaf lah yang selalu men-support perjuanganku dan bahkan menjagaku. Terima kasih ya ALLAH...

Aku kadang teringat, ketika Rasulullah dan para sahabatnya dicemoohkan, dilempari kotoran, diinjak-injak harga diri dan agamanya. Padahal kita tahu, bahwa itu semua adalah sebuah perjuangan atas kebenaran. Tapi pengetahuan kita akan kebenaran itu terjadi pada saat sekarang, bagaimana jika kita hidup di jaman Rasul. Jangan-jangan kita termasuk orang yang bersebrangan dengan beliau, yang memaki-maki beliau, yang melempari beliau, yang menghujat beliau, Naudzubillah min dzalik...

Aku yakin, bahwa perjuangan adalah pilihan. Menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai degan hujjah yang murni adalah sebuah pilihan. Pilihan, apakah kita mau untuk dihujat. Pilihan, apakah kita mau dan tahan untuk ditinggalkan. Pilihan, apakah kita kuat untuk dikucilkan di lingkungan kita. Sebuah pilihan yang sulit, karena iman dan ketakwaan terlalu bernilai untuk di bandingkan dengan apa pun. Pastilah pilihan ini adalah sesuatu yang sangat sulit.

Kutetapkan hatiku kembali. Kubakar semangatku kembali. Kukobarkan api perjuanganku kembali. Aku sangat tidak peduli, bahkan akan lebih sangat tidak peduli. Apakah kerjaku akan dihargai atau tidak, apakah perjuanganku akan dicaci maki atau tidak, bahkan aku sekarang sudah tidak ambil pusing, apakah aku dikucilkan dari sistem ini atau tidak. Yang aku lakukan adalah, karena ALLAH, untuk ALLAH dan demi ALLAH, aku akan tetap memperjuangkannya. Karena peradaban Islam harus berdiri tegak di muka bumi ini. Karena kebahagiaan yang ALLAH janjikan, tidaklah melulu merupakan kebahagiaan di akhirat, namun juga di dunia ini.

Ya ALLAH, bantulah aku menyeka air mataku ini. Bantulah aku membulatkan tekad, menguatkan perjuangan dan mentapkan visi dan misiku ini. Walau pun hanya ada satu orang yang berjuang di jalanMU ya ALLAH, aku yakin, bahwa itu adalah aku. Aku ikhlas ya ALLAH untuk tidak dihargai orang lain. Aku ikhlas ya Rabb untuk selalu ditolak karena sebuah itikad baikku dianggap menyimpang oleh orang lain. Bahkan aku Ikhlas karenaMU, karena hanya ridhoMU lah yang aku dambakan. Tetap curahkanlah kasih sayangMU padaku, tetap limpahkanlah rezeki untuk bekal perjuanganku, dan tetap liputilah aku dengan ilmu dan hikmahMU, agar aku tetap berpegang kepada tali kebenaranMU yang murni dan ENGKAU ridhoi. Amin...

Alhamdulillah

Senin, 05 Januari 2009

Cikal Bakal kebangkitan peradaban Islam kah?

Bissmillah…
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik ….” [Al-Ma’idah: 82]

Perasaanku mungkin sama denganmu, mungkin juga berbeda, haru biru tak menentu. Detak jangtung, dan dentuman nafasku, mungkin sama denganmu, mungkin juga berbeda, menggelegar, berguncang dan membahana. Ketika mendengar, melihat, membaca dan menyaksikan rentetan peluru, dentuman bom misil yang dilancarkan pesawat perang israel terhadap saudara-saudaraku di Palestina.

Semangat jihadku pun mengelora, memuncah keluar, ketika ratusan, ribuan, bahkan jutaan umat Islam seluruh dunia, tumpah ruah kejalanan. Berorasi, menghujat, bahkan dengan gagah berani membakar atribut-atribut israel. Membuktikan bahwa roh semangat keislaman itu masih ada. Roh kebersamaan dalam sebuah misi perjuangan tetap berkibar dan bergelora.

Belum lagi, semangat para pelaku kemanusiaan, ormas-ormas Islam, bersatu padu, berangkulan, berpegangan tangan, mengumpulkan satu dua rupiah, untuk bisa dikirim ke saudaraku yang membutuhkan dalam bentuk obat-obatan, vitamin, perlengkapan medis dan makanan, membuatku masih bisa menarik napas panjang, untuk mengumpulkannya di ruang dan rongga dada ini, dalam rangkan tetap menjaga semangat fisabilillahku.

Aku merenung, apakah ini semua yang dibutuhkan oleh umat Islam, saudara kita, di Palestina sana? Apakah ini pun yang dibutuhkan oleh Islam sebagai sebuah perjuangan untuk dijadikan cikal bakal, titik awal kebangkitan peradaban Islam? Apakah hanya ini pula yang aku bisa berikan kepada Islam, sebagai manifestasi implementasi rasa syukurku kepada ALLAH? Jangan-jangan bukan, bukan hanya itu.

Pikiranku tetap menerawang. Kondisi umat Islam sekarang telah terkotak-kotakan. Banyaknya partai, beragamnya jas yang dipakai, beranekanya topi dan emblem yang dikenakan, menyebabkan Islam benar-benar terkotak-kotakan. Jelas-jelas ALLAH telah menunjukkan kelompok mana yang benar-benar teroris, kita umat Islam tidak dapat berbuat banyak. Jelas-jelas kenyataan menunjukkan kelompok mana yang benar-benar sebagai penjahat perang, umat islam seluruh dunia tetap bergeming. Kemana aku? Kemana kita? Kemana umat Islam seluruhnya? (Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik ….” [Al-Ma’idah: 82]).

Saudaraku. Mungkin ini jalan yang ALLAH tunjukkan kepada kita, bahwa kita harus berbuat sesuatu untukNYA, untuk Islam. Betul… Betul sekali, bahwa Islam tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini. Benar sekali, bahwa Islam akan tetap berdiri kokoh sampai akhir jaman. Namun tidak ada jaminan sedikit pun, bahwa Islam akan tetap ada di Palestina, tidak ada jaminan apa pun, bahwa Islam akan tetap berdiri tegak di bumi pertiwi ini, jangan-jangan… Naudzubillah Min Dzalik…

Saudaraku. Mungkin ini waktunya kita membuang atribut-atribut kepartaian kita. Mungkin sudah saatnya kita mencopot topi golongan kita, emblem favorit kita, menanggalkan jas berwarna kita, bahkan meninggalkan jauh-jauh ego dan arogansi kita, untuk kita juga, untuk Islam dan perjuangan ini. Mungkin ini saatnya kita untuk mulai meng-embargo, memboikot produk-produk mereka, yang berbau modern dan fast food tersebut, dengan cara kembali lagi mengkonsumsi produk lokal dan produksi anak bangsa kita sendiri. Semoga, ini menjadi awal dan cikal bakal kebangkitan Islam, kebangkitan sebuah peradaban yang ALLAH ridhoi. Amin… Alhamdulillah…